Minggu, 22 Mei 2011

BIOTEKNOLOGI

Bioteknologi adalah cabang ilmu yang mempelajari pemanfaatan makhluk hidup (bakteri, fungi, virus, dan lain-lain) maupun produk dari makhluk hidup (enzim, alkohol) dalam proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa.[1] Dewasa ini, perkembangan bioteknologi tidak hanya didasari pada biologi semata, tetapi juga pada ilmu-ilmu terapan dan murni lain, seperti biokimia, komputer, biologi molekular, mikrobiologi, genetika, kimia, matematika, dan lain sebagainya.[1] Dengan kata lain, bioteknologi adalah ilmu terapan yang menggabungkan berbagai cabang ilmu dalam proses produksi barang dan jasa.

Bioteknologi secara sederhana sudah dikenal oleh manusia sejak ribuan tahun yang lalu. Sebagai contoh, di bidang teknologi pangan adalah pembuatan bir, roti, maupun keju yang sudah dikenal sejak abad ke-19, pemuliaan tanaman untuk menghasilkan varietas-varietas baru di bidang pertanian, serta pemuliaan dan reproduksi hewan.[2] Di bidang medis, penerapan bioteknologi di masa lalu dibuktikan antara lain dengan penemuan vaksin, antibiotik, dan insulin walaupun masih dalam jumlah yang terbatas akibat proses fermentasi yang tidak sempurna. Perubahan signifikan terjadi setelah penemuan bioreaktor oleh Louis Pasteur.[1] Dengan alat ini, produksi antibiotik maupun vaksin dapat dilakukan secara massal.

Pada masa ini, bioteknologi berkembang sangat pesat, terutama di negara negara maju. Kemajuan ini ditandai dengan ditemukannya berbagai macam teknologi semisal rekayasa genetika, kultur jaringan, DNA rekombinan, pengembangbiakan sel induk, kloning, dan lain-lain.[3] Teknologi ini memungkinkan kita untuk memperoleh penyembuhan penyakit-penyakit genetik maupun kronis yang belum dapat disembuhkan, seperti kanker ataupun AIDS.[4] Penelitian di bidang pengembangan sel induk juga memungkinkan para penderita stroke ataupun penyakit lain yang mengakibatkan kehilangan atau kerusakan pada jaringan tubuh dapat sembuh seperti sediakala.[4] Di bidang pangan, dengan menggunakan teknologi rekayasa genetika, kultur jaringan dan DNA rekombinan, dapat dihasilkan tanaman dengan sifat dan produk unggul karena mengandung zat gizi yang lebih jika dibandingkan tanaman biasa, serta juga lebih tahan terhadap hama maupun tekanan lingkungan.[5] Penerapan bioteknologi di masa ini juga dapat dijumpai pada pelestarian lingkungan hidup dari polusi. Sebagai contoh, pada penguraian minyak bumi yang tertumpah ke laut oleh bakteri, dan penguraian zat-zat yang bersifat toksik (racun) di sungai atau laut dengan menggunakan bakteri jenis baru.[2]

Kemajuan di bidang bioteknologi tak lepas dari berbagai kontroversi yang melingkupi perkembangan teknologinya. Sebagai contoh, teknologi kloning dan rekayasa genetika terhadap tanaman pangan mendapat kecaman dari bermacam-macam golongan.

Bioteknologi secara umum berarti meningkatkan kualitas suatu organisme melalui aplikasi teknologi. Aplikasi teknologi tersebut dapat memodifikasi fungsi biologis suatu organisme dengan menambahkan gen dari organisme lain atau merekayasa gen pada organisme tersebut.[2]

Perubahan sifat Biologis melalui rekayasa genetika tersebut menyebabkan "lahirnya organisme baru" produk bioteknologi dengan sifat - sifat yang menguntungkan bagi manusia. Produk bioteknologi, antara lain[2]:

8 kebohongan Seorang Ibu

Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita percaya bahwa kebohongan akan
membuat manusia terpuruk dalam penderitaan yang mendalam, tetapi kisah
ini justru sebaliknya.
Dengan adanya kebohongan ini, makna sesungguhnya dari kebohongan ini
justru dapat membuka mata kita dan terbebas dari penderitaan, ibarat
sebuah energi yang mampu mendorong mekarnya sekuntum bunga yang paling
indah di dunia.Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita percaya bahwa kebohongan akan
membuat manusia terpuruk dalam penderitaan yang mendalam, tetapi kisah
ini justru sebaliknya.
Dengan adanya kebohongan ini, makna sesungguhnya dari kebohongan ini
justru dapat membuka mata kita dan terbebas dari penderitaan, ibarat
sebuah energi yang mampu mendorong mekarnya sekuntum bunga yang paling
indah di dunia.
Cerita bermula ketika aku masih kecil,
aku terlahir sebagai seorang
anak laki-laki di sebuah keluarga yang miskin. Bahkan untuk makan saja,
seringkali kekurangan. Ketika makan, ibu sering memberikan porsi
nasinya untukku. Sambil memindahkan nasi ke mangkukku, ibu berkata:
“Makanlah nak, aku tidak lapar”
KEBOHONGAN IBU YANG PERTAMA
Ketika saya mulai tumbuh dewasa, ibu yang gigih sering meluangkan waktu
senggangnya untuk pergi memancing di kolam dekat rumah, ibu berharap
dari ikan hasil pancingan, ia bisa memberikan sedikit makanan bergizi
untuk petumbuhan. Sepulang memancing, ibu memasak sup ikan yang segar
dan mengundang selera. Sewaktu aku memakan sup ikan itu, ibu duduk
disamping gw dan memakan sisa daging ikan yang masih menempel di tulang
yang merupakan bekas sisa tulang ikan yang aku makan. Aku melihat ibu
seperti itu, hati juga tersentuh, lalu menggunakan sumpitku dan
memberikannya kepada ibuku. Tetapi ibu dengan cepat menolaknya, ia
berkata:
“Makanlah nak, aku tidak suka makan ikan”
KEBOHONGAN IBU YANG KEDUA
Sekarang aku sudah masuk SMP, demi membiayai sekolah abang dan kakakku,
ibu pergi ke koperasi untuk membawa sejumlah kotak korek api untuk
ditempel, dan hasil tempelannya itu membuahkan sedikit uang untuk
menutupi kebutuhan hidup. Di kala musim dingin tiba, aku bangun dari
tempat tidurku, melihat ibu masih bertumpu pada lilin kecil dan dengan
gigihnya melanjutkan pekerjaanny menempel kotak korek api. Aku berkata
:”Ibu, tidurlah, udah malam, besok pagi ibu masih harus kerja.
“Ibu tersenyum dan berkata :”Cepatlah tidur nak, aku tidak capek”
KEBOHONGAN IBU YANG KETIGA
Ketika ujian tiba, ibu meminta cuti kerja supaya dapat menemaniku pergi
ujian. Ketika hari sudah siang, terik matahari mulai menyinari, ibu
yang tegar dan gigih menunggu aku di bawah terik matahari selama
beberapa jam. Ketika bunyi lonceng berbunyi, menandakan ujian sudah
selesai. Ibu dengan segera menyambutku dan menuangkan teh yang sudah
disiapkan dalam botol yang dingin untukku. Teh yang begitu kental tidak
dapat dibandingkan dengan kasih sayang yang jauh lebih kental. Melihat
ibu yang dibanjiri peluh, aku segera memberikan gelasku untuk ibu
sambil menyuruhnya minum.
Ibu berkata :”Minumlah nak, aku tidak haus!”
KEBOHONGAN IBU YANG KEEMPAT
Setelah kepergian ayah karena sakit, ibu yang malang harus merangkap
sebagai ayah dan ibu. Dengan berpegang pada pekerjaan dia yang dulu,
dia harus membiayai kebutuhan hidup sendiri. Kehidupan keluarga kita
pun semakin susah dan susah. Tiada hari tanpa penderitaan. Melihat
kondisi keluarga yang semakin parah, ada seorang paman yang baik hati
yang tinggal di dekat rumahku pun membantu ibuku baik masalah besar
maupun masalah kecil. Tetangga yang ada di sebelah rumah melihat
kehidupan kita yang begitu sengsara, seringkali menasehati ibuku untuk
menikah lagi. Tetapi ibu yang memang keras kepala tidak mengindahkan
nasehat mereka,
Ibu berkata : “Saya tidak butuh cinta”
KEBOHONGAN IBU YANG KELIMA
Setelah aku, kakakku dan abangku semuanya sudah tamat dari sekolah dan
bekerja, ibu yang sudah tua sudah waktunya pensiun. Tetapi ibu tidak
mau, ia rela untuk pergi ke pasar setiap pagi untuk jualan sedikit
sayur untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kakakku dan abangku yang
bekerja di luar kota sering mengirimkan sedikit uang untuk membantu
memenuhi kebutuhan ibu, tetapi ibu bersikukuh tidak mau menerima uang
tersebut. Malahan mengirim balik uang tersebut.
Ibu berkata : “Saya punya duit”
KEBOHONGAN IBU YANG KEENAM
Setelah lulus dari S1, aku pun melanjutkan studi ke S2 dan kemudian
memperoleh gelar master di sebuah universitas ternama di Amerika berkat
sebuah beasiswa di sebuah perusahaan. Akhirnya aku pun bekerja di
perusahaan itu. Dengan gaji yang lumayan tinggi, aku bermaksud membawa
ibuku untuk menikmati hidup di Amerika. Tetapi ibu yang baik hati,
bermaksud tidak mau merepotkan anaknya, ia berkata kepadaku :
“Aku tidak terbiasa”
KEBOHONGAN IBU YANG KETUJUH
Setelah memasuki usianya yang tua, ibu terkena penyakit kanker lambung,
harus dirawat di rumah sakit, aku yang berada jauh di seberang samudra
atlantik langsung segera pulang untuk menjenguk ibunda tercinta. Aku
melihat ibu yang terbaring lemah di ranjangnya setelah menjalani
operasi. Ibu yang keliatan sangat tua, menatap aku dengan penuh
kerinduan. Walaupun senyum yang tersebar di wajahnya terkesan agak kaku
karena sakit yang ditahannya. Terlihat dengan jelas betapa penyakit itu
menjamahi tubuh ibuku sehingga ibuku terlihat lemah dan kurus kering.
Aku sambil menatap ibuku sambil berlinang air mata. Hatiku perih, sakit
sekali melihat ibuku dalam kondisi seperti ini. Tetapi ibu dengan
tegarnya berkata :
“Jangan menangis anakku, Aku tidak kesakitan”
KEBOHONGAN IBU YANG KEDELAPAN.
Setelah mengucapkan kebohongannya yang kedelapan, ibuku tercinta
menutup matanya untuk yang terakhir kalinya. Dari cerita di atas, saya
percaya teman-teman sekalian pasti merasa tersentuh dan ingin sekali
mengucapkan : ” Terima kasih Ibu ! “
Coba dipikir-pikir teman, sudah berapa lamakah kita tidak menelepon
ayah ibu kita? Sudah berapa lamakah kita tidak menghabiskan waktu kita
untuk berbincang dengan ayah ibu kita?
Di waktu kita masih mempunyai kesempatan untuk membalas budi ortu kita, lakukanlah yang terbaik.
Jangan sampai ada kata “MENYESAL” di kemudian hari.
Cerita bermula ketika aku masih kecil, aku terlahir sebagai seorang
anak laki-laki di sebuah keluarga yang miskin. Bahkan untuk makan saja,
seringkali kekurangan. Ketika makan, ibu sering memberikan porsi
nasinya untukku. Sambil memindahkan nasi ke mangkukku, ibu berkata:
"Makanlah nak, aku tidak lapar"
KEBOHONGAN IBU YANG PERTAMA
Ketika saya mulai tumbuh dewasa, ibu yang gigih sering meluangkan waktu
senggangnya untuk pergi memancing di kolam dekat rumah, ibu berharap
dari ikan hasil pancingan, ia bisa memberikan sedikit makanan bergizi
untuk petumbuhan. Sepulang memancing, ibu memasak sup ikan yang segar
dan mengundang selera. Sewaktu aku memakan sup ikan itu, ibu duduk
disamping gw dan memakan sisa daging ikan yang masih menempel di tulang
yang merupakan bekas sisa tulang ikan yang aku makan. Aku melihat ibu
seperti itu, hati juga tersentuh, lalu menggunakan sumpitku dan
memberikannya kepada ibuku. Tetapi ibu dengan cepat menolaknya, ia
berkata:
"Makanlah nak, aku tidak suka makan ikan"
KEBOHONGAN IBU YANG KEDUA
Sekarang aku sudah masuk SMP, demi membiayai sekolah abang dan kakakku,
ibu pergi ke koperasi untuk membawa sejumlah kotak korek api untuk
ditempel, dan hasil tempelannya itu membuahkan sedikit uang untuk
menutupi kebutuhan hidup. Di kala musim dingin tiba, aku bangun dari
tempat tidurku, melihat ibu masih bertumpu pada lilin kecil dan dengan
gigihnya melanjutkan pekerjaanny menempel kotak korek api. Aku berkata
:"Ibu, tidurlah, udah malam, besok pagi ibu masih harus kerja.
"Ibu tersenyum dan berkata :"Cepatlah tidur nak, aku tidak capek"
KEBOHONGAN IBU YANG KETIGA
Ketika ujian tiba, ibu meminta cuti kerja supaya dapat menemaniku pergi
ujian. Ketika hari sudah siang, terik matahari mulai menyinari, ibu
yang tegar dan gigih menunggu aku di bawah terik matahari selama
beberapa jam. Ketika bunyi lonceng berbunyi, menandakan ujian sudah
selesai. Ibu dengan segera menyambutku dan menuangkan teh yang sudah
disiapkan dalam botol yang dingin untukku. Teh yang begitu kental tidak
dapat dibandingkan dengan kasih sayang yang jauh lebih kental. Melihat
ibu yang dibanjiri peluh, aku segera memberikan gelasku untuk ibu
sambil menyuruhnya minum.
Ibu berkata :"Minumlah nak, aku tidak haus!"
KEBOHONGAN IBU YANG KEEMPAT
Setelah kepergian ayah karena sakit, ibu yang malang harus merangkap
sebagai ayah dan ibu. Dengan berpegang pada pekerjaan dia yang dulu,
dia harus membiayai kebutuhan hidup sendiri. Kehidupan keluarga kita
pun semakin susah dan susah. Tiada hari tanpa penderitaan. Melihat
kondisi keluarga yang semakin parah, ada seorang paman yang baik hati
yang tinggal di dekat rumahku pun membantu ibuku baik masalah besar
maupun masalah kecil. Tetangga yang ada di sebelah rumah melihat
kehidupan kita yang begitu sengsara, seringkali menasehati ibuku untuk
menikah lagi. Tetapi ibu yang memang keras kepala tidak mengindahkan
nasehat mereka,
Ibu berkata : "Saya tidak butuh cinta"
KEBOHONGAN IBU YANG KELIMA
Setelah aku, kakakku dan abangku semuanya sudah tamat dari sekolah dan
bekerja, ibu yang sudah tua sudah waktunya pensiun. Tetapi ibu tidak
mau, ia rela untuk pergi ke pasar setiap pagi untuk jualan sedikit
sayur untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kakakku dan abangku yang
bekerja di luar kota sering mengirimkan sedikit uang untuk membantu
memenuhi kebutuhan ibu, tetapi ibu bersikukuh tidak mau menerima uang
tersebut. Malahan mengirim balik uang tersebut.
Ibu berkata : "Saya punya duit"
KEBOHONGAN IBU YANG KEENAM
Setelah lulus dari S1, aku pun melanjutkan studi ke S2 dan kemudian
memperoleh gelar master di sebuah universitas ternama di Amerika berkat
sebuah beasiswa di sebuah perusahaan. Akhirnya aku pun bekerja di
perusahaan itu. Dengan gaji yang lumayan tinggi, aku bermaksud membawa
ibuku untuk menikmati hidup di Amerika. Tetapi ibu yang baik hati,
bermaksud tidak mau merepotkan anaknya, ia berkata kepadaku :
"Aku tidak terbiasa"
KEBOHONGAN IBU YANG KETUJUH
Setelah memasuki usianya yang tua, ibu terkena penyakit kanker lambung,
harus dirawat di rumah sakit, aku yang berada jauh di seberang samudra
atlantik langsung segera pulang untuk menjenguk ibunda tercinta. Aku
melihat ibu yang terbaring lemah di ranjangnya setelah menjalani
operasi. Ibu yang keliatan sangat tua, menatap aku dengan penuh
kerinduan. Walaupun senyum yang tersebar di wajahnya terkesan agak kaku
karena sakit yang ditahannya. Terlihat dengan jelas betapa penyakit itu
menjamahi tubuh ibuku sehingga ibuku terlihat lemah dan kurus kering.
Aku sambil menatap ibuku sambil berlinang air mata. Hatiku perih, sakit
sekali melihat ibuku dalam kondisi seperti ini. Tetapi ibu dengan
tegarnya berkata :
"Jangan menangis anakku, Aku tidak kesakitan"
KEBOHONGAN IBU YANG KEDELAPAN.
Setelah mengucapkan kebohongannya yang kedelapan, ibuku tercinta
menutup matanya untuk yang terakhir kalinya. Dari cerita di atas, saya
percaya teman-teman sekalian pasti merasa tersentuh dan ingin sekali
mengucapkan : " Terima kasih Ibu ! "
Coba dipikir-pikir teman, sudah berapa lamakah kita tidak menelepon
ayah ibu kita? Sudah berapa lamakah kita tidak menghabiskan waktu kita
untuk berbincang dengan ayah ibu kita?
Di waktu kita masih mempunyai kesempatan untuk membalas budi ortu kita, lakukanlah yang terbaik.
Jangan sampai ada kata "MENYESAL" di kemudian hari.

Selasa, 17 Mei 2011

Setahun Lalu Di MPC

Yaaaaaahhhhhh…….. Ujian Nasional akhirnya selesai. Sepertinya itu adalah hal yang sangat dinanti. Selesai dari UN seakan terlepas dari penjara. Bebas dari jeratan serentetan soal-soal yang dari dulu aku tak mengerti. ahhaha. OK, kembali ke ceritanya, setelah selesai UN aku dan teman-teman SMA berbondong-bondong mencari tempat bimbel untuk persiaapan Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri ( SNMPTN ). Nah, pilihanku jatuh di Multi Prima College ( MPC ). Sebenarnya MPC sudah tidak asing lagi untukku sebab aku sudah belajar di sana untuk persiapan UN 2010 lalu. apalagi saya senang dengan teknik para tutornya mengajar, menarik, menyenangkan, dan pastinya sangat tidak membosankan. Hari yang ditunggu-tunggupun tiba, aku akhirnya berangkat ke kota Daeng alias Makassar untuk memulai belajar di sana. Pada saat berangkat aku telah janjian dengan beberapa teman – teman SMA ku untuk bersama – sama ke Makassar, tapi sayang mobilnya gak cukup untuk menumpang kita semua, sebab selain banyak orang barang bawaan pun tak kalah banyak. (*seperti mau ke Tanah Suci*). Nah, akhirnya akupun berangkat di temani dengan kakakku sendiri. sesampainya di sana, aku pilih MPC Cabang BTP (*BTP apa yah kepanjangannya ? haha*). Ku langkahkan kaki ku masuk ke gedung tempat berteduhku kira-kira 2 bulan lebih.

Saat kaki ku menginjak nya, yaah ternyata lobby nya masih direnovasi (*maklum gedung baru*). Naah, akhirnya teman yang lain sudah tibaa. Aku disuruh naik kelantai 3, dan di sana adalah asramaku. Aku memilih tinggal di asrama sebab untuk menghemat biaya kost agar orang tua gak pusing mikirin tempat tinggal.

masuk ke dalam kamar, yaah… ruangannya lebar, full AC, dan bisa menampung kira-kira 12 orang. Aku dan Nadli masuk ke dalam yaah, tempatnya bagus sekali, cukup mewahlah untuk orang desa seperti aku ini. Saya adalah orang pertama yang datang ke asrama tersebut. Ke esokan harinya, kita sudah mulai belajar yaah, first meeting hanya diisi dengan perkenaalan dengan Tentor yang bernama Kak Kartini si adalah seorang yang ahli di dalam pelajaran yang paling saya tidak sukai yaitu MATEMATIKA. Saat belajar itu, kita (orang mengisi kelas tersebut) ditanya mengenai asal, nama sekolah, dan mau pilih jurusan dan universitas apa. nah, Aku duduk dibangku paling belakang memakai baju hitam lagi (*penunggu ruangan itu*) tiba giliranku di tanya,

“Kita adek yang baju hitam ? siapa nama, asal, dan mau lanjut kuliah dimana ?” tanya Kak Kartini

“Nama saya Andi Sopian, dari Barru, rencana mau kuliah di Unhas atau UNM” jawabku simple

“Mau ambil jurusan apa dek di Unhas dan UNM ?” tanyanya kembali

“rencana sih di Unhas mau ambil jurusan yang menjadi pilihan seluruh umat (*Kedokteran*) dan di UNM mau jurusan Biologi Kependidikan.” jawabku konyol

setelah jam pelajaran selesai, aku kembali ke kamarku untuk tidur. jujur, aku orangnya sulit untuk berinteraksi dengan orang lain, and I need more time. Saat sedang masuk di kamar, datang seorang laki-laki yang membawa koper besar berwarna merah. Dia Masuk ke dalam kamar, sepertinya dia siswa baru di MPC. Aku dan temanku Nadli hanya terkejut saja, melihatnya. Setelah dia menyimpan kopernya, sebelum keluar dia mengambil HP-nya, dompetnya, dan semua barang berharganya (*dia pikir gw maling apa! segitunya*). lalu setelah itu dia keluar. Hari itu nadli harus kembali ke Parepare untuk mengambil barang-barangnya, sebab dia belum bawa apa-apa ke sini. Malam pun tiba, di asrama hanya di isi oleh Aku sendiri dan teman baruku yang baru datang tadi. percakapanpun berlangsung malam itu.

“Eh, dari mana ki’ ? tanyaku

“oh saya dari Sidrap, kita ?” tanyanya kembali

“Saya dari Parepare. siapa nama ta’ ? tanyaku

“Darwis, kita ? jawabnya

“ooh, saya Pian. eh ambil kelas apa di MPC ? kalo saya reguler “ tanyaku kembali

“saya Kelas Khusus Kedokteran” jawabnya

Setelah mendengar jawabannya atas pertanyaanku yang terakhir “Kelas Khusus Kedoteran” buuuiiiihhhhh,,,,,, sepertinya saya minder sekali. Dan dipikiranku pasti orang ini Tajir, kenapa ? soalnya kelasnya kan seperti kelas VIP belajarnya saja 6 jam/hari ditambah tentor yang mengajar dikelas itu adalah tentor ahli dan senior. Tapi tak apalah, walaupun kelas reguler yang “murah” tambah diskon lagi, itu tak menyurutkan semangatku untuk belajar. tak lama kemudian aku sangat akrab dengan Darwis, ternyata dia orangnya asyik diajak ngobrol dan dia ternyata pintar. Kami semalamam bercerita mengenai banyak hal, salah satunya adalah mengenai jurusan yang akan dipilih di PTN. Ternyata kami (*Aku dan Darwis*) memiliki pilihan yang sama yaitu jurusan pilihan sejuta umat (*taukan itu jurusan apa*). Kami belajar bersama, dia pintar di mata pelajaran berhitung dan tidak terlalu menguasai pelajaran yang sifatnya teoritis sperti bahasa, biologi, dan lain-lain (*Katanya sih begitu*). dan kebetulan aku sedikit bisa dimata pelajar yang darwis tidak bisa, dan sangat menguntungkan, disisi lain aku paling tidak dengan pelajaran berhitung apalagi Fisika, matematika, dan kimia (*ooohhh….Nooooooo*) dia mengajariku ketiga pelajaran lain, dan sebaliknya aku juga mengajari dia bahasa inggris. Nah, itulah keakraban kami berdua di saat –saat kami telah memulai berjuang untuk menggapai impian yang selama ini masih tersimpan baik di hati dan pikiran.

Sekitar 3 hari setelah itu, Nadli datang kembali ke asrama dan barang bawaannya buset deeh, dia bawa laci kecil yang terbuat dari plastik yang isinya pakaiaannya selama berada di kota metropolitan ini. Setelah itu, datang segerombolan calon teman baruku mereka berasal dari Bone-Bone. Aku tidak tau persis tepatnya di daerah mana. mereka adalah Syarif, AL, Andrew, Jun, Reza, Hadi, Agus, ……, ……, dan ….. (*Astaga aku lupa sebagian. Maaf teman-teman*) mohon maaf skali yaah.

2 bulan pun berlalu begitu cepat, aku dan teman – teman asrama sudah sangat akrab bagai keluarga. SNMPTN pun di depan mata, kami mengecek lokasi masing – masing. namun lucunya, ternyata lokasiku sama dengan Agus, kebetulan agus bawa motor ke makassar, naaahhh…. saya nebeng deh sama agus selama 2 hari tes. heheh (gratisan) hahaha. tapi tak apalah, hemat ongkos. SNMPTN pun telah berlalu, saatnya packing untuk pulang ke daerah masing – masing. merupakan moment terberat bagiku. ada satu moment perpisahan yang menurutku lucu dan sedih juga (*sampe sedih). saat itu Darwis salaha satu sahabat terbaik yg ku kenal di asrama  MPC akan segera pulang. Saat di lobby, kita semua mengangkat koper nya darwis yang super – super besar dan berat juga. Bayangkan coba, harus mengangkat koper dari lantai 3 ke lantai dasar… berat minta ampun, tapi tenang aja booozzz,,, kami ikhlass. hahaha. lanjut ke cerita… nah, saat di lobby itu ada kak etha ma kak Anti, aku dan kawan – kawan, maksudnya kami yaitu mau mengantar darwis pulang tapi cuman sampe di lobby ji… nah, sambilan menunggu mobil yg jemput dia, ada sesi pemotretan tuuh,, seru – seruan foto bareng ma teman – teman. namun, tanpa sengaja saya memperhatikan wajah sedihnya Darwis, air mata nya sampe jatuh loooh, saking sedihnyaaa.. tapi, dengan sigapnya dia menghapus air mata. (*na kira kapang nda sa liat ii). tak lama kemudian mobil yang jemput darwis datang, naah,, darwis nya malah hilang entah kemana. di cari sampe dilantai 3, dikelas belajar, WC, dan tempat lainnya, eeh malah tidak ada. pikiran kita semua, jangan ini anak kabur saking sedihnya. hahaha…. beberapa menit kemudian, dia muncul dari depan, ditanya kam dari mana lenyap? eh ternyata pergi cetak foto yang barusan difoto. oohh… so sweet. i think u’re my best friend, my brother, and my my my lainnya. na pas kita angkat kopernya ke bagasi mobil, eeh… dia malah nangis lagii pas mau pergi. pas naek di mobil masih agak nangis, dan saat mobilnya jalan kepalanya melihat ke kita terus dan tangannya melambai. dadadadadadadada darwis. Saat itu aku berkata dalam hati, “Selamat jalan sobat, sampai ketemu dilain waktu dan kesempatan. Semoga kamu lulus di jurusan yang sesuai keinginanmu. Semoga sehat selalu di sana. Pasti saya akan ingat selalu saat bersama – sama teman asrama. belajar bersama. tidur bersama, tapi gak mandi bersama looh… sampai ketemu suatu saat…” heemmmm jadi sedih saat nulis cerita ini.

beberapa hari kemudian, aku juga beraanjak pulang, tapi ini nunggunya seharian.. buset gilaaa… udah siap dari pagi, eeh pulangnya sore. hahaha…. dengan berat hati aku harus meninggalkan teman – temankuu, sama tentor – tentorku, sama FO ku. ada Kak etha (*anggotaee), kak anti, kak ical (*tentor aahli matematika), kak Tini (matematika), kak asri(bahasa indonesia), kak multazam (bahasa inggris), kak fira, kak tina (iini dia pincab nya MPC tamalanrea saat itu. Mukanya agak sangar, tapi baek gila. Cocoknya dia jadi model, soalnya bodinya ramping gileee. hahaha), kaksudirman (suaminya kak Tina itu ),  siapa lagi yaaahh…….

sebelum menutup cerita ini, ada satu yg lucu, saat di asrama saya suka sama anak SMA kelas 3, skarang dia udah lulus SMA, dan dia bilang mau masuk kedokteran. Namanya : Ade Zaskiah Hanafi. ade itu anak nya baik skali, lucu, dan pinter (bagemana nda pintar, org bokapnya guru besar di Unhas. hahaha, kakaknya anak kedokteran Unhas). aku sempat pacaran juga.. hahahaha, tapi syg yah, sy kuliah di parepare, seandainya di makassar mungkin kisah ini masih tetap berlanjut. mungkin itu yang dibilang bukan jodohnya. hehehe.. miss u so much ade…

Senin, 16 Mei 2011

Mungkin Memang Harus Ku Ikhlaskan….

@piiaannk0163_001

mungkin memang harus kuihlaskan….. yaah, mungkin cuma kalimat itu yang saat ini berada dikepalaku. Aku pasrah, aku rela  jika semua ini harus terjadi. Mungkin memang memang ini bukan takdirku, aku tahu dan oaham betul Tuhan memberikan semua ini untukku karena memang suatu hal yang memang terbaik untukku. Aku dilahrikan di dunia ini dengan salah satu organ tubuh yang tidak normal. NAmun, aku tetap bersyukur aku masih bisa melakukan hal – hal yang seperti orang normal yang lain. Ada satu yang paling ku sesalkan dengan keadaanku saat ini, yaitu cita-cita dan impianku yang telah terajut sejak kecil menjadi DOKTER. yah.. Dokter. Dokter telah menjadi impianku sejak duduk di bangku sekolah dasar. Walaupun aku memiliki kecerdasan yang mungkin tidak pantas untuk menjadi seorang apa yang aku impikan. Tapi aku tahu, there’s no impossible in this world. We can get it as long as we try hardest. Aku semangat saat itu, selanjutnya sejak duduk dibangku SMP aku memang semakin yakin dan saat SMA aku sangat dan sangat yakin. yaah,,, namun semua berantakan dan gagal, ternyata aku Buta Warna parsial, penyakit kelainan pada organ mata yang tidak bisa membedakan warna tertentu dan aku dapat itu. BW adalah penyakit yang disebabkan oleh faktor gen dan heriditas itu sendiri. ternyata memang ayah saya Buta Warna PArsial juga, dan secara  otomatis aku juga mewarisinya. hahaha,, sebenarnya aku tertawa sendiri, kenapa yah aku diwarisi sesuatu yang menghancurkan impianku ? Mengapa aku tidak tidak seperti teman – temanku yang lain ? mengapa aku harus mendapat sesuatu yang basicnya sangat tidak aku harapkan ? mengapa harus aku yang menerima semua itu ? aku dan kakak laki-laki ku sama halnya. Namun ini merupakan kegagalan saya yang pertama dan mungkin saat ini mengetahui hal itu aku rasa ini adalah titik nadir ku. Aku merasa aku tidak bisa berbuat apa – apa untuk mengubah semua itu. Aku bagai orang cacat yang tidak bisa melakukan apa-apa ? aku bagai burung yang tak bersayap. dan aku bagai ikan tanpa insang.

Jujur, aku tidak bisa menerima ini saat awalnya, namun setelah setahun lebih, aku sedikit demi sedikit bisa melupakan hal itu. Ada satu hal yang sangat membuatku sedih jika mengingat impian yg selamanya tak akan menjadi kenyataan yaitu ketika menonton TV melihat seorang yang berperan sebagai dokter dan ada satu Reality Show di TRANS TV yaitu PENGABDIAN, di acara itu ada banyak dokter muda yang rela ke kampung yang bisa bilang terisolir. disana Dokter itu melakukan pengobatan, menolong orang, dan berinteraksi dengan masyarakat di sana. Sebenarnya aku memilki jiwa sosial yang sangat tinggi, aku sangat senang jika orang berbicara mengenai hal-hal kemanusiaan aku senang membantu ketika orang lain membutuhkannya selagi itu maasih bisa kulakukan. tapi mungkin, ini semua hanya akan menjadi mimpi yang selamanya tak akan pernah terwujud bagi. yah,,, DOKTER, kata itu harus segera ku kubur dalam dipikiran.

Hari demi hari dan setahunpun telah berlalu aku telah berkuliah di salah satu universitas negeri terbaik Di Sulawesi Selatan. Aku telah menjadi seorang calon guru. nah,,, aku memilih ini dengan banyak pertimbangan. salah satunya seperti yang kujelaskan di atas tadi, aku orang memiliki jiwa sosial dan kemanusiaan yang tinggi. maka dari itu, aku mengambil jurusan keguruan. Semoga dengan menjadi guru aku bisa mewujudkan apa yang sangat aku inginkan. Aku ingin suatu saat bisa mengajar anak-anak yang secara ekonomi ia tidak bisa bersekolah. Aku ingin semua anak di Indonesia menjadi orang yang berpendidikan agar kelak tidak dibodohi oleh orang lain. Dokter dan Guru memang telah mengalir di darahku. Dokter gagal, guru harus sukses. Sma halnya jika planning pertama gagal, yah, planning kedua diusahakan sukses.

Mungkin memang aku harus mengikhlaskan semua itu …. Senyum sedih

selamat tinggal selamanya impianku….Kompak

Mungkin Memang Harus Ku Ikhlaskan….

@piiaannk0163_001

<div class="fullpost">
mungkin memang harus kuihlaskan….. yaah, mungkin cuma kalimat itu yang saat ini berada dikepalaku. Aku pasrah, aku rela  jika semua ini harus terjadi. Mungkin memang memang ini bukan takdirku, aku tahu dan oaham betul Tuhan memberikan semua ini untukku karena memang suatu hal yang memang terbaik untukku. Aku dilahrikan di dunia ini dengan salah satu organ tubuh yang tidak normal. NAmun, aku tetap bersyukur aku masih bisa melakukan hal – hal yang seperti orang normal yang lain. Ada satu yang paling ku sesalkan dengan keadaanku saat ini, yaitu cita-cita dan impianku yang telah terajut sejak kecil menjadi DOKTER. yah.. Dokter. Dokter telah menjadi impianku sejak duduk di bangku sekolah dasar. Walaupun aku memiliki kecerdasan yang mungkin tidak pantas untuk menjadi seorang apa yang aku impikan. Tapi aku tahu, there’s no impossible in this world. We can get it as long as we try hardest. Aku semangat saat itu, selanjutnya sejak duduk dibangku SMP aku memang semakin yakin dan saat SMA aku sangat dan sangat yakin. yaah,,, namun semua berantakan dan gagal, ternyata aku Buta Warna parsial, penyakit kelainan pada organ mata yang tidak bisa membedakan warna tertentu dan aku dapat itu. BW adalah penyakit yang disebabkan oleh faktor gen dan heriditas itu sendiri. ternyata memang ayah saya Buta Warna PArsial juga, dan secara  otomatis aku juga mewarisinya.
hahaha,, sebenarnya aku tertawa sendiri, kenapa yah aku diwarisi sesuatu yang menghancurkan impianku ? Mengapa aku tidak tidak seperti teman – temanku yang lain ? mengapa aku harus mendapat sesuatu yang basicnya sangat tidak aku harapkan ?
mengapa harus aku yang menerima semua itu ?
aku dan kakak laki-laki ku sama halnya. Namun ini merupakan kegagalan saya yang pertama dan mungkin saat ini mengetahui hal itu aku rasa ini adalah titik nadir ku. Aku merasa aku tidak bisa berbuat apa – apa untuk mengubah semua itu.
Aku bagai orang cacat yang tidak bisa melakukan apa-apa ? aku bagai burung yang tak bersayap. dan aku bagai ikan tanpa insang.</div>
 
Jujur, aku tidak bisa menerima ini saat awalnya, namun setelah setahun lebih, aku sedikit demi sedikit bisa melupakan hal itu. Ada satu hal yang sangat membuatku sedih jika mengingat impian yg selamanya tak akan menjadi kenyataan yaitu ketika menonton TV melihat seorang yang berperan sebagai dokter dan ada satu Reality Show di TRANS TV yaitu PENGABDIAN, di acara itu ada banyak dokter muda yang rela ke kampung yang bisa bilang terisolir. disana Dokter itu melakukan pengobatan, menolong orang, dan berinteraksi dengan masyarakat di sana. Sebenarnya aku memilki jiwa sosial yang sangat tinggi, aku sangat senang jika orang berbicara mengenai hal-hal kemanusiaan aku senang membantu ketika orang lain membutuhkannya selagi itu maasih bisa kulakukan. tapi mungkin, ini semua hanya akan menjadi mimpi yang selamanya tak akan pernah terwujud bagi. yah,,, DOKTER, kata itu harus segera ku kubur dalam dipikiran.
Hari demi hari dan setahunpun telah berlalu aku telah berkuliah di salah satu universitas negeri terbaik Di Sulawesi Selatan. Aku telah menjadi seorang calon guru. nah,,, aku memilih ini dengan banyak pertimbangan. salah satunya seperti yang kujelaskan di atas tadi, aku orang memiliki jiwa sosial dan kemanusiaan yang tinggi. maka dari itu, aku mengambil jurusan keguruan. Semoga dengan menjadi guru aku bisa mewujudkan apa yang sangat aku inginkan. Aku ingin suatu saat bisa mengajar anak-anak yang secara ekonomi ia tidak bisa bersekolah. Aku ingin semua anak di Indonesia menjadi orang yang berpendidikan agar kelak tidak dibodohi oleh orang lain. Dokter dan Guru memang telah mengalir di darahku. Dokter gagal, guru harus sukses. Sma halnya jika planning pertama gagal, yah, planning kedua diusahakan sukses.
Mungkin memang aku harus mengikhlaskan semua itu …. Senyum sedih
selamat tinggal selamanya impianku….Kompak

Senin, 02 Mei 2011

Agent Of Change di "Masa Depan"


sebenarnya Tulisan ini untuk beasiswa Fellowship Paramadina University, namun karena beberapa hal saya tidak jadi mengirim berkas. jadi, saya mengambil inisiatif.

Menyandang gelar mahasiswa merupakan suatu kebanggaan sekaligus tantangan. Betapa tidak, ekspektasi dan tanggung jawab yang diemban oleh seorang mahasiswa begitu besar. Pengertian mahasiswa tidak bisa diartikan kata per kata. Mahasiswa juga bukanlah sekedar orang yang belajar di perguruan tinggi, namun pengertiannya lebih dari itu. Mahasiswa adalah seorang “Agent Of Change”. Seorang agen pembawa perubahan mampu menjadi seorang yang mampu memberikan solusi bagi segalan permasalahan yang sedang dihadapi oleh bangsa ini. Sebagai “agent of change” di masa depan, saya harus mampu melakukan perubahan, memiliki pemikiran ke arah perubahan, dan memiliki mimpi yang besar untuk melakukan perubahan. Namun, sebelum melakukan perubahan yang besar, saya harus memulai melakukan perubahan dari tahap demi tahap yaitu mealkukan perubahan terhadap diri saya sendiri secara pribadi, baik mengubah pola pikir saya yang selama ini rancu, mengubah segala kesalahan berpikir (fallacy) yang selama ini menghuni pemikiran saya, dan menjadi lebih kritis menghadapi segala sesuatu. Kemudian mengubah orang-orang terdekat saya baik dari segi pemikiran dan intelektualnya, dan terakhir mengubah masyarakat.  Secara garis besar, saya setidaknya memiliki 4 fungsi/peranan sebagai agen perubahan di masa depan yaitu peranan moral, sosial, intelektual, dan mewujudkan kehidupan bangsa Indonesia yang lebih baik. Pertama, peranan moral, dunia kampus merupakan dunia dimana saya bebas memilih kehidupan yang saya inginkan sebagai mahasiswa . di sinilah dituntut sebuah tanggung jawab moral yang besar terhadap diri sendiri sebagai individu untuk dapat menjalankan kehidupan yang bertanggung jawab dan sesuai dengan norma dan moral yang hidup dalam lingkungan masyarakat. Kedua adalah peranan sosial, selain tanggung jawab individu, saya juga harus memiliki peranan sosial sebagai agen penggerak perubahan yaitu bahwa keberadaan dan segala perbuatan yang saya lakukan tidak hanya bermanfaat untuk diri sendiri secara pribadi tetapi juga mampu memberikan dan membawa manfaat yang besar terhadap lingkungan masyarakat disekitar saya. Ketiga adalah peranan intelektual, selain memiliki tanggung jawab individu dan memegang peranan penting dalam masyarakat, sebagai seorang “agent of change” harus menjadi insan yang intelek yang dapat merealisasikan status tersebut ke dalam kehidupan yang real atau nyata. Dalam artian, bahwa fungsi dasar mahasiswa sebagai agen perubahan adalah bergelut dengan ilmu pengetahuan dan memberikan perubahan yang lebih baik dengan intelektualitas yang saya miliki. Dengan intelektualitas,  saya bisa memberikan solusi yang tepat dan ide – ide kreatif dalam menyelesaikan segala haru biru permasalahan yang mendera bangsa ini. Yang keempat adalah peranan sebagai agen perubahan dalam mewujudkan bangsa Indonesia menjadi lebih baik. Saya ingin mengubah sistem yang berlaku di negara ini terutama sistem pemerintahan, mengungkap segala kasus-kasus korupsi, dan segalanya. Sebab saat ini terjadi degradasi  moral para petinggi negara yang seolah – olah menutupi kebobrokannya dengan kebaikan yang secuil, mengembalikan fungsi wakil rakyat yang serius memihak rakyat bukan orang yang munafik yang lebih mementingkan kepentingan pribadinya daripada kepentingan umum. Semua itu harus saya realisasikan. Begitulah, untuk menjadi agen perubahan, saya harus menjalani yang namanya mimpi terlebih dahulu. Mimpikan suatu tatanan baru, yang lebih bermanfaat, dan lebih barokah. Kemudian mengimplementasikan dalam setiap hal yang menjadi aktivitas saya walaupun secara sedikit demi sedikit. Selanjutnya adalah memperbanyak diskusi/kajian untuk menjadikan agenda perubahan yang telah dirancang menjadi lebih matang dan mendekati sempurna.