Setahun telah berlalu, namun aku masih belum bisa melupakan kejadian setahun silam. Kejadian itu sampai sekarang masih tumbuh dari hari ke hari walau aku telah berusaha untuk menguburnya dalam – dalam. Entah kenapa, aku terlalu sulit untuk melupakan hal tersebut, aku bingung dengan diriku sendiri. Seharusnya aku telah melupakan semua itu, tapi kenyataannya tidak. Justru sebaliknya, rasa optimismeku semakin menggebu – ngebu bahwa aku bisa meraih mimpiku yang telah terajut sejak kecil itu dan sampai sekarang aku belum bisa melupakannya dengan baik.ya Allah, jujur aku tak tahu harus berbuat apa, di satu sisi aku sangat ingin mengejar impian itu namun di sisi lain ada keterbatasan di dalam diri saya sendiri yang menjadi jurang pemisah antara aku dan mimpiku.Kadang aku ingin bertanya kepada-MU, “Mengapa Engkau masih membuatku teringat akan mimpi yang tak akan pernah ku gapai ? Mengapa tidak sejak dulu Engkau melarangku untuk bermimpi yang tinggi jika saat ini Engkau membuatku jatuh hingga tak berdaya ? Jujur, kadang aku menyalahkan-MU atas semua yang terjadi kepadaku, tapi aku tak bisa mengalahkan kehendak yang telah Engkau goreskan di jalan hidupku. Aku tak kuasa melawan takdirmu yang terlampau sulit kujalani.” Segala sesuatu yang aku alami bagaikan mimpi dan aku ingin bangun dari mimpi buruk itu. Seakan tak ingin tidur jika mengingat mimpi buruk yang membuatku tersungkur yang membuatku tak mampu bangkit hingga membuatku putus asa. Sebenarnya aku tidak menyalahkan-MU namun rasa optimisme ku semakin hari semakin membentuk keyakinanku hingga membuatku semakin kuat bahwa aku MAMPU meraih impian itu. aku MAMPU menggapai cita – cita itu. Aku MAMPU menjadi seorang DOKTER.
Aku hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan, aku hanyalah manusia yang serba kekurangan, dan aku hanyalah manusia yang jauh dari kesempurnaan sebagaimana layaknya manusia seperti manusia lainnya. Aku tak tahu, alasan apa yang Engkau buat atas segala menimpaku, atas segala ketidakmungkinanku menggapai mimpi itu, dan atas segala yang membuatku kecewa. Setiap aku mengingat semua ini tiba – tiba aku meningat ungkapan bahwa “Tuhan itu Adil”. Jika ungkapan itu ku korelasikan dengan yang aku alami masalah keadilan Tuhan dalam hatiku berkata : “Di mana letak keadilan Tuhan saat aku tahu bahwa aku mengidap penyakit keturunan yang tidak akan mungkin sembuh ? Di mana letak keadilan Tuhan ketika semua orang berkuliah searah dengan apa yang mereka harapkan atau cita – citakan sejak dulu sedangkan aku sendiri mengarah ke sana pun sama sekali tidak ? Di mana letak keadilan Tuhan saat optimisme dan semangat aku telah berkobar bagaikan api yang akan melahap rumah dan merontokkan semuanya secepat itu ? Di mana keadilan itu ? Mengapa keadilan itu tidak mengunjungiku ? Mengapa keadilan itu seakan tak pernah berpihak kepadaku ? Mengapa ? MEngapa ? dan Mengapa ?.” Tak lam kemudian, sedikit demi sedikit aku sadar bahwa aku tak boleh menyalahkan Tuhan dan sebaliknya justru menerima itu dengan ikhlas dan pasrah atau bahkan aku mulai berpikir akan ada jalan lain yang telah Tuhan beri untuk hidupku yang malang. Bahkan aku semakin percaya akan ada keajaiban besar yang akan terjadi dihidupku yang semuanya masih menjadi rahasia perjalanan hidupku.
Tapi mengapa aku masih berharap dan bahkan sangat optimis bisa meraih impianku ? Ataukah ini hanya perasaan cemburu atau iri melihat mereka yang berhasil masuk di Fakultas Kedokteran walaupun berbagai jalan mereka tempuh entah itu baik bahkan buruk, entah itu halal atau haram di matamu. Ataukah MASIH ada HARAPAN bahwa aku MAMPU meraih itu ? Ataukah itu hanya sebuah ilusi dan hanya akan menjadi “panggilan tak terjawab” yang kembali membentuk rasa kecewa yang mendalam seperti setahun silam ? Pertanyaanku mengenai itu tak akan habis. Aku pernah membaca buku yang berjudul “The Secret” di dalam buku itu aku mengutip sebuah ungkapan yang membuatku saat ini masih bertahan akan impian itu yaitu “Apa yang kamu pikirkan maka itu akan menjadi kenyataan. Ketika kamu memikirkan hal yang baik maka itu akan menjadi kenyataan dan buruk juga demikian”. Ungkapan itu yang membuat masih mampu menahan badai pesimisme saat aku sedang berjuang akan impian itu. Aku seperti merasa MY DREAM IS MY LIFE SPIRIT. Impianku adalah Semangat hidupku. Itulah yang sekarang menjadi kiblat kehidupanku, menjadi semangat yang membuatku berkobar bahwa I’ll Sit at Medical Faculty and learn more specific everything about Human body cause Learn in Medical feel like learn about the secret of God. Yaah.. itu dan saat ini aku sama sekali tak akan ada di sana.
Terkadang aku tertawa sendiri melihat tingkahku, tiap hari setiap aku membaca buku terlintas di benakku “Kamu harus yakin” dan kata – kata itu seperti ada yang membisikkan saat di mana aku merasa sendiri, saat merenung akan hal ini, dan saat di mana saat aku mulai tertidur dan terbangun dari tidurku. Aroma semangat semakin merebak ketika kalimat “Kamu Harus yakin” itu terlintas di alam bawah sadarku dan menluap ke pikiranku. heeem… Atau itu hanyalah bisikan syaitan yang ingin membuatku tersungkur dan tak berdaya ? Atau justru sebaliknya, ini jawaban atas segala doa yang kupanjatkan dan atas segala pertanyaan – pertanyaan kecil mengenai betapa hancurnya hati seorang manusia yang kehilangan impiannya ? Allahu Allam, hanya Tuhan yang tahu semua itu. Yaah,,, lihat saja nanti. Mempelajari ilmu kedokteran itu seperti mempeljari ilmu kemahabesaran Tuhan. Dulu aku memimpikan 5 tahun kedepan aku akan menggunakan sebuah Jas berwarna putih bersih dengan sebuah ruangan tersendiri saat membantu orang yang sedang sakit. Dulu aku pernah berpikir, aku akan dihadapkan dengan Mata Kuliah (MK) seperti fisiologi, anatomi, muskuloskeletal, patologi klinik, anastesiologi, kardiologi, biologi molukelar, ilmu bedah orthopedi dan traumatologi, obsetri dan ginekologi, parasitologi, farmakologi, patologi anatomi, ilmu faal, mikrobiologi, ilmu kesehatan anak, ilmu penyakit mata,ilmu penyakit dalam, THT, Radiologi, kedokteran jiwa, ilmu gizi, biokimia, histologi, ilmu forensik, saraf, ilmu penyakit kulit dan kelamin, dan semuanya yang tak ku sebutkan. Dulu aku berkhayal akan belajar di sebuah laboratorium, menbayangkan aku sedang meneliti sesuatu, melihat mikroba melalui mikroskop, dan diajar seorang yang bergelar Professor Doktor Dokter (Prof. Dr. dr) dengan metode menjelaskan yang sangat apik, menarik, dan berilmu tinggi. Bahkan, dulu aku berharap bisa menlanjutkan jenjang pendidikanku ke Strata Dua (S2) yang konsentrasi di Ilmu penyakit dalam dengan gelar Spesialis Penaykit Dalam (Sp. PD) dan tertulis indah di jas putihku. Sungguh mimpi yang begitu besar yang mungkin selamanya TAK TERJANGKAU olehku. bukannya aku tak bersyukur, tapi aku ingin lebih. Aku ingin seperti seorang Kak Vidya, Kak Nurul, Kak Mayanti, Sulfa, Surez, Ade Zaskiah, Iin alfriani, amel dan semuanya belajar di Fakultas Kedokteran. aku ingin seperti mereka saat sebuah jurang besar horizontal yang memisahkan aku dengan mereka.