"Bljr di fakultas itu sepertinya hanya akan menjadi angan yg telah terbawa angin. Jauh meninggalkan ku. Hanya berselimut nestapa sedih yg ada. Mungkin ini memang bukan jalan untuk saya. Mungkin ini memang bukan rezeki sy. Atau bahkan mungkin ini bukan takdir sy. Dulu rasa optimisme itu sangat tinggi. Semangat itu sangat mengebu, namun skrg tdk lagi.. Seakan semuanya hilang entah kemana. Semuanya hancur krn BUTAWARNA. Semuanya sirna krn BUTAWARNA. Semua menjadi percuma krn BUTAWARNA. Apa ini adil ? Apa ini jalan yg harus ku terima yg terlalu kontradiksi dgn apa yg slama ini aku inginkan... Mengapa harus ada yg namanya BUTAWARNA ?
Mengapa harus impian itu melekat diotakku sejak dulu ? Sungguh aku tak sanggup menerima semua ini. Seakan kiamat menghampiriku... Semuanya seakan tak ada artinya. Semua yg ku jalani serasa percuma dan tak berguna. Ya sy tahu, setiap org memiliki mimpi yg berbeda. Tapi mereka berhasil meraih mimpi mereka. Sedangkan sy sama skali tdk. Saat ku tau aku tak lulus snmptn, dunia ini seakan runtuh. Sepertinya semuanya tak ada yg berpihak dan mengerti perasaanku. Smuanya berkata "mungkin ini bukan rezeki km. Mungkin ini bukan jalan untukmu. Mungkin ini bukan untuk, dan mungkin, mingkin, dan mungkin".
Saya lelah mendengar itu. Mereka sama sekali tak mengerti bagaimana jika mereka berada diposisiku. Sy sangat kecewa bukan krn sepenuhnya aku tak lulus, tapi sedih melihat ketegaran orang tuaku melihat kegagalan anaknya meraih mimpi ku dan mimpi mereka. Aku hancur ketika melihat ketabahan dan segala pengorbanan baik materil maupun nonmateril. Aku tak sanggup mendengar ucapan semangat yg penuh dgn kasih syg. Aku sedih, hancur, kecewa ketika aku tak mampu membuat mereka tertawa lepas, tersenyum manis, dan menangis bangga terhadap sy. Semuanya seakan amburadul, rencana yg telah terset dgn baik, smuanya BATAL dan GAGAL TOTAL. Percuma selama ini. Kadang sy menyalahkan-Nya, kadang sy berpikir Tuhan tak adil dgn saya. Namun, jujur aku tak sanggup, aku masih tak bisa dan mampu menerima kenyataan pahit ini. Dalam hati ini, aku masih berharap akan ada kesembuhan, namun mungkin tak ada. Sebenarnya semangat ku kembali bangkit ketika membaca buku judulnya "TUHAN ADALAH GEN KITA" buku itu bercerita segala mengenai genetis termasuk cara mengaktifkan dan menonaktifkan gen gen yg menimbulkan dampak kerugian terhadap manusia. Tapi, ketika sy membaca literatur lain, sangat kontradiksi dgn buku tersebut... Huh... Sampai skrg, setiap hari sy masih berharap itu akan terwujud. Di tempat sy kuliah, setelah tahu itu, sy sudah tak semangat, dan tak ada gairah belajar. Motivasi belajar itu telah hilang ditelan oleh kesedihan yg mungkin tak berujung... ;(